Pemuda Tulungagung Gelar Lomba Permainan Tradisional

Pemuda Tulungagung Gelar Lomba Permainan Tradisional
Seorang peserta sedang melindungi beteng dari serangan tim lawan (ist)

Tulungagung, (afederasi.com) – Pemuda Tulungagung yang tergabung dalam komunitas Tulungagung All Star’s membuat perlombaan permainan tradisional yang biasa dikenal dengan sebutan betengan.

Hal ini bertujuan untuk melestarikan budaya tak benda. Pasalnya saat ini permainan tradisional nyatanya sudah jarang diminati bagi anak-anak zaman sekarang, sebab anak jaman sekarang lebih tertarik permainan ke Gadget.

Ketua pelaksana lomba Betengan, Haris Fajar Kurniawan menjelaskan, lomba Betengan sendiri merupakan permainan zaman dulu dengan cara saling memancing lawan agar keluar dari wilayah pertahanannya dan dimenangkan dengan cara team lawan menyentuh tiang bambu.

Permainan ini sendiri zaman sekarang kurang diminati, maka dari itu komunitas pemuda membuat lomba Betengan yang secara tidak langsung ikut melestarikan permainan tradisional.

"Sebenarnya banyak permainan tradisional yang kurang dinikmati, dan komunitas pemuda sendiri memilih Betengan sebagai perlombaan karena bisa dibilang kompetitif," jelas Haris, Sabtu (10/9/2022).

Haris melanjutkan, acara sendiri dilakukan di lapangan yang berada di dalam wisata Mbalong Kawok yang berada di Desa Sumberejo Kulon, Kecamatan Ngunut. Adapun perlombaan ini sendiri dilaksanakan selama 4 hari mulai tanggal 7 sampai dengan 10 September 2022.

"Setiap perlombaan dimulai pukul 15.00 WIB, dengan 4 team yng bertanding setiap harinya," ungkapnya.

Untuk team yang mendaftar sendiri terdiri dari 5 orang, yang mana ada 14 team yang bertanding baik dari lokal Tulungagung hingga luar kabupaten.

"Jadi pendaftaran di share dan ada dari Kabupaten Kediri yang ikut andil dalam perlombaan," katanya.

Ukuran lapangan sendiri sebenarnya sangat fleksibel, namun lantaran ini dalam perlombaan, pihaknya menggunakan ukuran lapangan 20 x 10 meter. Tidak hanya itu untuk menentukan kemenangan, panitia juga menyediakan satu wasit dan empat juri garis, dan satu sesi berlangsung selama 20 menit.

“Juri garis ini berfungsi siapa saja peserta yang tersentuh oleh lawan, katika ada peseta yang tersentuh, maka pertandingan akan dihentikan untuk sementara waktu, dan apabia sudah clear maka pertandingan akan dimulai lagi, apabila permainan belum ada yang menang ketika waktu habis maka dimenangkan dengan sistem point," ungkapnya.

Masih menurut Haris, dari perlombaan ini, diambil tiga juara. Dengan digelarnya perlombaan permainan tradisonal betengan, bisa menjadi upaya pelestarian warisan budaya tak benda di Tulungagung, sehingga permainan ini bisa terus dimainkan oleh generasi selanjutnya.

“Kami berharap permainan tradisional ini bisa terus dilestarikan oleh generasi penerus selanjutnya,” pungkasnya.(riz/dn)